METODOLOGI STUDI ISLAM



INTISARI KULIAH ISLAMIC WORLDVIEW
DOSEN PENGAMPU: DR. WIDO SUPRAHA, M.Si.
DITULIS OLEH: MUHAMMAD ARDIANSYAH


ISLAMIC WORLDVIEW

Terdapat beberapa istilah tentang Islamic Worldview berdasarkan pandangan beberapa ulama. Prof. Syed Naquib al-Attas menyebutnya dengan Ru'yatul Islam lil wujud (Islamic Worldview), Sayyid Qutb menyebutnya dengan At-Tasawwur al-Islamy, sedangkan Al-Maududi menamakannya dengan Islam Nazariat. Walaupun para ulama memiliki istilah dan penamaan yang berbeda-beda, secara umum mereka menyepakati bahwa Islam mempunyai cara tersendiri untuk menilai serta memandang segala realitas yang ada berdasarkan nilai-nilai dari ajaran yang dibawanya. Dalam pandangan Prof. Dr. Alparslan Acikgence Islamic Worldview atau Pandangan Hidup Islam adalah asas bagi setiap perilaku manusia, termasuk didalamnya aktivitas-aktivitas ilmiah dan teknologi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hal di dunia ini yang tanpa asas dan nilai.

Segala aspek di dunia ini tidak ada yang terlepas dari nilai, dalam bidang ilmu pengetahuan, hukum, sosial-politik hingga hasil karya suatu seni semua syarat nilai berdasarkan nilai yang dianut oleh pakar, pemikir, aktivis dan senimannya. Suatu contoh buku karya F.W. Nietzsche yang kemudian hari diangkat menjadi film superman, berarti manusia paripurna yang telah meninggalkan ketakutan-ketakutan kepada apapun termasuk takut kepada Tuhan, sehingga bebas dan dapat mengembangkan potensi-potensi pada dirinya. Karena itu Nietzsche mengatakan bahwa Tuhan telah mati, sehingga bila diamati tidak ada yang terlepas dari suatu nilai, disini letak perlunya untuk mempelajari Worldview of Islam atau pandangan hidup Islam agar tidak tersesat, sehingga dapat menjalankan Islam sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW kembali pada dua petunjuknya. Dan masalah selanjutnya ialah seperti apa Metodologi Studi Islam yang perlu dikaji, terkait bagaimana seorang muslim itu berfikir, karena hal itu berkaitan erat dengan bagaimana setelahnya ia mengambil ilmu dalam Islam dengan kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Bagaimana seorang Muslim harus berfikir

Persoalan saat ini ialah banyak orang Islam yang berpikir pragmatis, menyederhanakan sesuatu yang pada hakikatnya tidaklah sederhana. Menganggap bahwa, "sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah itu Islami" padahal secara fundamental sebelum beranggapan seperti itu, hendaklah ia mengkaji dan meneliti terlebih dahulu, seperti apa yang dimaksud dengan berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Suatu contoh misalnya, ketika membaca surah Al-Ikhlas ayat satu, apa yang dimaksud pada ayat tersebut sesuai Al-Qur'an, bagaimana penjabarannya dan lain sebagainya, maka bila seseorang tidak mengkaji dahulu, akan sangat mungkin ia menafsirkan dan menterjemahkan ayat tersebut berdasarkan pemahamannya sendiri dan itu sudah bukan berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah lagi. Maka persoalannya ialah bagaimana seseorang kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, bagaimana ia menjadikan dua sumber utama dalam ajaran agama Islam itu menjadi landasan serta pandangan hidup, karena sudah barang tentu seluruh umat Islam, amal perbuatannya berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Maka letak pemahaman serta pengamalan Islamic Worldview pada diri seorang Islam sangat krusial. Secara mendalam Syed Naquib al-Attas menjelaskan bagaimana Islam melihat eksistensi yang wujud tentang realitas, bagaimana seseorang melihat gunung, bagaimana suami melihat istri, bagaimana manusia melihat anak, bagaimana mahasiswa melihat kampus, bagaimana orang melihat pendidikan, dan hal itu menjadikan berbeda pandangan hidup akan berbeda pula hasilnya, maka dari itu setiap keputusan manusia sangat syarat nilai serta pandangan dan hal tersebut bisa dilacak sebenarnya dia menggunakan pandangan hidup siapa dan apa.
 
Bagaimana mengambil Ilmu dalam Islam

Seorang muslim dituntut untuk dapat berfikir secara Islami memahami kandungan Al-Qur'an serta mentadabburinya. Tujuan orang Islam mempelajari ajaran agama adalah agar dapat mandiri dalam menangani permasalahan-permasalahan dikehidupannya sehingga tidak selalu bergantung kepada seorang Ustadz, meskipun tidak seratus persen, karena ada beberapa perkara yang sulit untuk dijangkau dan karenanya dibutuhkan taqlid. Maka dari itu berfikir dengan pandangan hidup Islam mestilah seorang muslim dapat mengambil prinsip-prinsip besar serta menarik benang-benang merah pada Al-Qur'an dan As-Sunnah yang dijadikan sumber ilmu dalam Islam serta memahami urutan sejarah yang berkaitan dengan ulama-ulama yang otoritatif dalam penjabaran nash-nash Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Dapatkah kita belajar langsung dari Al-Qur'an dan As-Sunnah?
Karena jarak yang terlampau jauh antara kita umat Islam saat ini dengan Nabi Muhammad SAW, ditambah lagi masih kurangnya pemahaman kita dengan bahasa arab, maka dirasa tidak mungkin bagi umat Islam saat ini untuk langsung memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah langsung atau memahami dengan pemahaman sendiri. Maka sebenarnya Rasulullah telah memberikan solusi bagi kita, bahwa untuk memahami ajaran Islam hendaklah kita merujuk kepada ulama-ulama yang memiliki otoritas yang dalam hal ini ulama yang hidup 300 tahun pertama dari zaman hidupnya Rasulullah.

Para ulama salaf merupakan ulama-ulama yang hidup dalam jangka 300 tahun pertama dari zaman hidupnya Rasulullah, sehingga memiliki otoritas untuk dirujuk darinya pandangan-pandangan serta penjelasan akan nash-nash Al-Qur'an dan As-Sunnah, dalam hal ini nabi Muhammad SAW bersabda tentang generasi terbaik yang mana pemahaman Islam yang dibawa oleh ulama-ulama tersebut sangat masih murni berasal dari Rasulullah langsung:

 خَيْرُالْقُرُوْنِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِي يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِي يَلُوْنَهُمْ
Yang artinya: Sebaik-baik zaman adalah mereka yang hidup dizamanku, kemudian generasi setelahnya, dan generasi setelahnya.

Untuk hal itu maka sangatlah perlu bagi umat Islam saat ini untuk banyak membaca dan mengkaji karya-karya ulama yang dimaksud diatas. Sehingga pada akhirnya terkumpullah seluruh pengetahuan yang menjadikan umat Islam untuk berpandangan, beramal secara Islami.  

Permasalahan tentang Adab

Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik:

إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ
Akhlak atau adab merupakan hal yang krusial dalam bangunan keislaman seseorang, baiknya akhlak seseorang menandakan akan baiknya pula Aqidah atau keimanannya kepada ALLAH SWT. Dalam hal ini Syed Naquib al-Attas menjelaskan bahwa hal yang menjadi penyebab mundurnya umat Islam saat ini dikarenakan hilangnya adab pada diri seorang muslim lost of adab.

Saat ini sering terjadi perseteruan antara umat Islam, banyak yang menyalahi amalan seseorang karena berbeda dengan apa yang ia amalkan, bahkan ditemukan hingga sampai tingkat kafir mengkafirkan. Bila diteliti lebih dalam, bermunculannya peristiwa-peristiwa tersebut dikarenakan adanya rasa dalam diri seseorang merasa "yang paling". Sebagai contoh misalnya pristiwa disuatu masjid di jawa barat yang mayoritas jamaahnya bersepakat bahwa sholat taraweh empat rakaat dengan satu salam merupakan sholat taraweh yang tidak sah. Hal tersebut terjadi dikarenakan kurang dan terbatasnya pengetahuan yang dimiliki oleh para jamaah tersebut. Dalam kehidupan dimasyarakat ada orang-orang dari umat Islam yang aktivitas hariannya sangatlah sibuk, sehingga waktu yang dimiliki untuk mengkaji dan belajar Islam sangat terbatas. Orang-orang seperti ini akan mencari pendapat dari seorang ulama, praktek ibadah yang seperti apa yang dapat dikerjakannya dengan segala keterbatasan yang ia miliki, maka hal ini menjadi sangat tidak beradap, bila mana orang yang dengan keterbatasannya itu, membandingkan pengetahuannya yang berujung pada menyalahkan pandangan orang lain yang telah mengkaji dan belajar Islam dengan sumber yang banyak dan waktu yang panjang.

Bagaimana Konstruksi Al-Qur'an dan Posisinya bersama Hadist dalam ber-Islam

Al-Qur'an dan As-Sunnah diartikan sebagai sumber ilmu, maka dari itu perlu dikaji, ditadabburi secara mendalam apa yang terkandung didalamnya sehingga kita mendapati hikmah dan ilmu sebagai bekal kita untuk hidup di dunia ini.

Menurut Ibn Katsir ayat Al-Qur'an berjumlah 6236 Ayat. Adapun jumlah surah 114 surah, dengan 77.439 kata dan 340.740 huruf. Dalam Al-Qur'an surah dikategorikan menjadi dua kategori. Pertama surah Makiyah, kedua surah Madaniyah. Surah Makiyah mengandung konsep tuhan, kebenaran, wahyu, manusia, adab, ilmu, dunia, rizki, dan konsep bahagia. Yang bilamana seseorang muslim memahami konsep tersebut akan menumbuhkan tiga karakter, yaitu: assyaja'ah (berani), attafa'ul (termotivasi), ithmiknan (tenang). Adapun kandungan surah Madaniyah ialah berisi perintah-perintah tentang ibadah.

Mengetahui hal-hal mendetail tentang Al-Qur'an membuat seseorang selalu siap untuk mengkondisikan hati saat sedang belajar Al-Qur'an. Sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.
METODOLOGI STUDI ISLAM METODOLOGI STUDI ISLAM Reviewed by Admin on 19:23 Rating: 5
Theme images by luoman. Powered by Blogger.