AGAMA, SEKULARISME, GHOZWUL FIKRI SERTA KONSEP KEBAHAGIAAN DALAM AGAMA
SERTA KONSEP KEBAHAGIAAN DALAM AGAMA
INTISARI KULIAH ISLAMIC WORLDVIEW
DOSEN PENGAMPU: DR. WIDO SUPRAHA, M. Si.
DITULIS OLEH: MUHAMMAD ARDIANSYAH
INTISARI KULIAH ISLAMIC WORLDVIEW
DOSEN PENGAMPU: DR. WIDO SUPRAHA, M. Si.
DITULIS OLEH: MUHAMMAD ARDIANSYAH
KONSEP AGAMA
Seseorang yang beragama hendaklah ia memahami terlebih dahulu makna atau arti dari kata agama itu sendiri. Sehingga ia dapat menjalani kehidupannya yang didasarkan oleh ajaran agama tersebut dengan rasa bahagia dan tidak berat hati. Hal ini menjadi penting karena memahami agama dengan penuh pemahaman akan mengantarkan seseorang kepada kualitas iman yang tinggi serta mudah dan ringan dalam menjalani amalan - amalan dari turunannya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agama diartikan sebagai : ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya (kbbi.web.id/agama). Terdapat juga pendapat, bahwa kata agama berasal dari bahasa sangsekerta dengan akar kata A dan Gama. A berarti tidak, sedangkan Gama berarti kacau. Maka diartikan agama adalah tidak kacau. Dalam terminologi Islam kata agama bermakna tunduk dan berserah diri kepada ALLAH SWT. Maka seorang muslim akan selalu tunduk, berserah diri serta taat kepada segala perintah - perintah ALLAH SWT beserta larangannya.
Diantara nama-nama ALLAH SWT terdapat nama Addayyaan (Dzat yang memberi hutang). Segenap umat manusia di dunia ini ALLAH berikan nikmat yang tak terbatas, dan bila dibayangkan tidaklah dapat seorangpun untuk membalas atau membayar seluruh nikmat yang telah ALLAH SWT berikan kepadanya. Seorang muslim yang membangun keimanannya kepada ALLAH SWT dengan merasa berhutang, ia akan berserah diri serta tunduk kepada seluruh ketetapan ALLAH. Dengan demikian ia akan mengenal Tuhan dan kemudian mengekspresikan cintanya dengan ibadah, dan mendasari setiap amalan ibadahnya dengan ilmu, sehingga ia mendapatkan akhlak, hasil penghayatan dari pelaksanaan ibadah. Maka dengan didasari dari seluruh proses diatas, akan tercipta suatu peradaban maju yang disebut Tamaddun, yaitu peradaban berbasis pada agama Islam yang terjaga.
Secara garis besar agama di dunia ini terbagi menjadi dua. Pertama Agama Samawi yaitu agama yang berasaskan wahyu Tuhan. Kedua Agama Ardhi yaitu agama yang dibuat oleh manusia sendiri, dari hasil pikiran dan perenungannya, dan bukan berasaskan wahyu Tuhan. Terkenal dimasyarakat bahwa Islam, Nashrani serta Yahudi termasuk dalam kelompok agama samawi. Padahal bila diteliti lebih dalam hal demikian tidaklah benar, agama samawi yang berlandasan pada wahyu hanyalah Islam. Hal tersebut dibuktikan dengan kritik tentang beberapa hal mengenai Yahudi dan Nashrani. Pertama: Penamaan Yahudi dan Nashrani berasal dari manusia yaitu Yahudi dinisbatkan kepada orang Yehuda dan Nashrani dinisbatkan kepada desa Nazaret dimana nabi Isa tinggal dan menyebarkan ajarannya. Sedangkan Islam, nama agamanya disebut dalam kitab sucinya yang ALLAH SWT wahyukan kepada nabinya dalam surah Ali Imran ayat 19:
GHOZWUL FIKRI
Ghozwul Fikri atau semantic game adalah suatu strategi yang digunakan oleh musuh Islam untuk menipu dan menjatuhkan umat Islam dengan menggunakan permainan kata-kata. Ghozwun berasal dari bahasa arab yang bermakna perang, sedangkan Fikri bermakna pikiran. Maka dapat diartikan Ghozwul Fikri adalah perang pemikiran untuk membuat umat Islam patuh dan tunduk pada mereka, musuh Islam dengan membuat umat Islam bingung dan meragukan apa - apa yang sudah pakem dalam Islam dan sebaliknya.
Ghozwul Fikri sebenarnya sudah ada sejak nabi Adam AS berada di surga, diprakarsai oleh Iblis yang dengki dan dendam kepada nabi Adam yang membuat Iblis dilaknat oleh ALLAH SWT dan diusir dari surga. Iblispun berjanji untuk selalu menggoda Adam beserta keturunannya hingga akhir dari dunia ini, agar mereka terjerumus dan menjadi teman serta pengikutnya di neraka nanti. Maka bila dicermati perang pemikiran ini terus terjadi dari awal mulanya di surga hingga pada hari ini, dan para nabi-nabi setelah nabi Adam-pun ikut merasakan, nabi Adam dan istrinya yang dirayu untuk memakan buah khuldi dengan rayuan dan godaan dari kata-kata Iblis, nabi Nuh yang disebut sebagai manusia biasa yang tidak berbeda dari mereka (orang yang ingkar kepada risalah kenabian nabi Nuh), menyebut bahwa orang-orang yang mengimaninya adalah orang yang rendah dan hina, bodoh, tidak punya kelebihan apapun, dan pendusta, nabi Luth yang disebut sebagai orang yang sok suci, nabi Musa dengan Fir'aun yang mengaku sebagai Tuhan bahkan lebih tinggi, dan juga nabi Muhammad yang dianggap tukang sihir, penyair, orang gila, dan menyebut cerita umat terdahulu sebagai dongeng jadul.
KONSEP KEBAHAGIAAN DALAM ISLAM
Dalam kitab Al-Bukhari hadist 6446, nabi Muhammad SAW mengatakan: Kekayaan bukanlah banyaknya harta benda, tetapi kekayaan adalah kekayaan hati (HR. Bukhari), dan dalam Al-Qur'an surah An-Najm ayat ke 48 : dan sesungguhnya Dialah yang memberi kekayaan dan kecukupan. Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa tingkat kebahagian seseorang tidak diukur oleh banyaknya harta yang ia miliki, namun dengan pengkondisian hati yang selalu merasa cukup. Keinginan untuk mendapatkan harta benda yang lebih banyak secara terus menerus merupakan ciri dari budak hawa nafsu yang tidak akan pernah ada ujungnya. Orang yang mengikuti hawa nafsunya tersebut selalu merasa kurang dan miskin tidak pernah merasa cukup. Maka tidak sedikit yang terjerumus kepada perbuatan yang melanggar syari'at dikarenakan mengikuti hawa nafsunya tersebut.
Seorang muslim hendaklah tunduk dan berserah diri kepada ALLAH SWT, merasa selalu bergantung padanya karena ALLAH SWT yang mencukupi seluruh kebutuhannya dan ia Mahakaya, dalam surah Fatir ayat 15 ALLAH SWT berfirman: Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji. Dan dalam Hadist Riwayat Ibn Hibban dikatakan:
Dalam konteks menuntut ilmu, seseorang tidak diperbolehkan merasa cukup (qona'ah), hendaknya ia selalu merasa kurang atas apa yang telah ia ketahui. Karena ilmu ALLAH SWT sangatlah luas, bahkan jika seluruh umur yang kita miliki dipergunakan untuk menuntut ilmu kita hanya baru mendapati setengahnya.
Ada empat kriteria kebahagiaan didunia yaitu: Pertama memiliki istri yang sholehah, Kedua memiliki tempat tinggal yang luas, Ketiga memiliki tetangga yang shalih (baik), Keempat memiliki kendaraan yang nyaman. Namun pada hakikatnya hendaklah orang yang dikaruniai harta oleh ALLAH SWT untuk tetap zuhud, karena zuhud bukanlah terkait hal fisik yang tampak dan dapat dirasa, tetapi terkait dengan tata kelola hati, ia boleh memiliki namun didalam hatinya mesti didasari rasa yakin bahwa semuanya adalah milik ALLAH SWT dan ialah yang Maha memiliki. Karena lebih meyakini pada hal yang kita miliki dibanding apa yang ALLAH miliki merupakan indikator dari lemahnya keyakinan seseorang. Dan hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Hasan Al-Basri :
DAFTAR PUSTAKA
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agama diartikan sebagai : ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya (kbbi.web.id/agama). Terdapat juga pendapat, bahwa kata agama berasal dari bahasa sangsekerta dengan akar kata A dan Gama. A berarti tidak, sedangkan Gama berarti kacau. Maka diartikan agama adalah tidak kacau. Dalam terminologi Islam kata agama bermakna tunduk dan berserah diri kepada ALLAH SWT. Maka seorang muslim akan selalu tunduk, berserah diri serta taat kepada segala perintah - perintah ALLAH SWT beserta larangannya.
Diantara nama-nama ALLAH SWT terdapat nama Addayyaan (Dzat yang memberi hutang). Segenap umat manusia di dunia ini ALLAH berikan nikmat yang tak terbatas, dan bila dibayangkan tidaklah dapat seorangpun untuk membalas atau membayar seluruh nikmat yang telah ALLAH SWT berikan kepadanya. Seorang muslim yang membangun keimanannya kepada ALLAH SWT dengan merasa berhutang, ia akan berserah diri serta tunduk kepada seluruh ketetapan ALLAH. Dengan demikian ia akan mengenal Tuhan dan kemudian mengekspresikan cintanya dengan ibadah, dan mendasari setiap amalan ibadahnya dengan ilmu, sehingga ia mendapatkan akhlak, hasil penghayatan dari pelaksanaan ibadah. Maka dengan didasari dari seluruh proses diatas, akan tercipta suatu peradaban maju yang disebut Tamaddun, yaitu peradaban berbasis pada agama Islam yang terjaga.
Secara garis besar agama di dunia ini terbagi menjadi dua. Pertama Agama Samawi yaitu agama yang berasaskan wahyu Tuhan. Kedua Agama Ardhi yaitu agama yang dibuat oleh manusia sendiri, dari hasil pikiran dan perenungannya, dan bukan berasaskan wahyu Tuhan. Terkenal dimasyarakat bahwa Islam, Nashrani serta Yahudi termasuk dalam kelompok agama samawi. Padahal bila diteliti lebih dalam hal demikian tidaklah benar, agama samawi yang berlandasan pada wahyu hanyalah Islam. Hal tersebut dibuktikan dengan kritik tentang beberapa hal mengenai Yahudi dan Nashrani. Pertama: Penamaan Yahudi dan Nashrani berasal dari manusia yaitu Yahudi dinisbatkan kepada orang Yehuda dan Nashrani dinisbatkan kepada desa Nazaret dimana nabi Isa tinggal dan menyebarkan ajarannya. Sedangkan Islam, nama agamanya disebut dalam kitab sucinya yang ALLAH SWT wahyukan kepada nabinya dalam surah Ali Imran ayat 19:
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ
Terjemah :
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.
Kedua: Ajaran agamanya telah berubah, termodifikasi oleh manusia sehingga tidak murni lagi dari wahyu Tuhan. Maka itu berbeda sekali dengan agama Islam yang nama agama dan nama Tuhannya saja disebut dalam kitab sucinya yaitu Al-Qur'an beserta sifat-sifatnya.
SEKULARISME DALAM AGAMA
Hadirnya paham sekuler dilatar belakangi oleh perjalanan sejarah yang panjang. Eropa abad pertengahan, menjadi masa yang gelap bagi perkembangan nalar kritis manusia, dimana kekuasaan berada pada otoritas gereja. Seseorang yang mempertanyakan otoritas gereja sama halnya dengan meragukan akan otoritas Tuhan. Maka terjadi pertarungan pemikiran antara scientist dan teolog, para scientist yang bersebelahan dengan paham gereja akan didesak untuk mematuhi pemahaman geraja, dan bila tidak menghiraukan mereka akan dijatuhi hukuman, disiksa bahkan hingga berujung pada kematian. Sempitnya cara berpikir gereja terhadap para scientist yang mengemukakan teori serta pandangan keilmuan yang bertentangan dengan ajarannya memunculkan kekejaman dengan menyiksa para scientist dan membakarnya, bahkan yang hidup pun tidak kalah penyiksaanya. Sehingga para scientist, menuntut untuk dipisahkannya urusan agama dari kehidupan sosial dan pemerintahan agar terhindar dari beragamnya penyiksaan tersebut (Yusup Qardhawi, 2000 : 7).
Maka dengan bebasnya scientist dari kekangan gereja, muncullah konsep untuk membagi kehidupan kepada dua bagian, yaitu kehidupan yang diatur oleh gereja dan kehidupan yang diatur oleh raja. Sebagaimana ungkapan dalam Injil: Sebagian untuk Allah dan sebagian untuk kaisar. Masing-masing memiliki tugasnya dan tidak dapat mengintervensi satu sama lain.
MAKNA SEKULARISME
Istilah Sekularisasi berasal dari akar kata Sekuler yang dalam bahasa latin disebut Seaculum artinya abad, (age, century), yang berarti bersifat dunia, atau berkenaan dengan kehidupan dunia sekarang. Dalam bahasa Inggris kata secular bermakna hal yang bersifat duniawi, fana, temporal, tidak bersifat spritual, abadi dan sakral serta kehidupan di luar biara (Juhaya S. Praja, 2003:188). Sekuler merupakan kata sifat yang menggambarkan suatu keadaan dimana ia telah memisahkan kehidupan duniawi dari pengaruh agama atau hal-hal yang berbau spiritual. Sedangkan sekularisme adalah suatu paham yang ingin memisahkan atau menetralkan semua bidang kehidupan seperti politik dan keanekaragaman, ekonomi, hukum, sosial-budaya dan ilmu pengetahuan teknologi dari pengaruh agama atau hal-hal yang metafisik (M.Tahir, 2007: 19). Maka makna sekularisasi yaitu: Proses pembebasan manusia dari kungkungan agama dan juga metafisika yang mengatur akal dan bahasanya yang menjadi landasan berfikirnya.
Ada tiga agenda besar dalam sekularisasi, yang menurut friedrich schiller terangkum dalam kurikulum sekular yaitu:
Disenchantmen of Nature: yakni menghilangkan pesona alam dari nilai agama, targetnya ialah saat seorang melihat alam akan merasa biasa saja, tidak mentadabburinya, hilang kesadaran bahwa alam ini ada karena adanya pencipta, sehingga ia merasa bebas untuk berbuat segala hal dengan alam.
Desacralization of Politics: yaitu meniadakan nilai-nilai agama dari ranah politik, politik yang dianggap sarang dari tempat kejahatan tidak sesuai dengan agama yang suci dan bernilai luhur. Maka agam mesti dipisahkan tidak boleh mencampuri urusan politik.
Deconsecration of Values: yaitu meniadakan nilia-nilai agama pada lini kehidupan dan budaya, menghapuskan pemutlakan dan kesucian nilai agama. Semua hal bebas nilai dan dapat dirubah semaunya.
Maka arus sekularisasi pada kristen tidak terelakkan, ia merupakan dampak dari modernisasi yang dibawa oleh para scientist. Kristen mulai tersekulerkan semenjak perpindahan pusat ajarannya dari yerussalem ke roma, yaitu semenjak 250 tahun terakhir, dan ia telah terbaratkan. Agenda utamanya ialah untuk membebaskan lini kehidupan dari nilai agama, namun tidaklah harus seseorang yang sekuler itu sampai meninggalkan agama atau menjadi ateis, menurut steve bruce: cukup dengan percaya adanya Tuhan, tanpa perlu memeluk suatu agama, agenda sekularisasi sudah dikatakan sukses. Maka muncul istilah orang yang beragama formal menjadi informal, artinya ia hanya cukup percaya saja tanpa harus melakukan segala kewajiban dalam ajaran agama, seperti beribadah dan sebagainya.
Islam juga tidak luput dari serangan paham sekuler ini, upaya-upaya selalu diluncurkan agar Islam dapat disekulerkan dan bahkan pernah berhasil suatu negara yang awalnya berpaham Islam menjadi paham sekuler, contohnya Turki. Para pembawa paham sekuler ini mencoba mengkritik Al-Qur'an, sebagaimana yang mereka lakukan pada Injil agama Kristen. Namun serangan ini tidak dapat dilakukan karena keotentikan Al-Qur'an berbeda dengan Injil. Injil dikritik pada penulisan dan manuskrip yang ditulis oleh orang-orang yang berbeda dan berubah-ubah, sedangkan Al-Qur'an tidak demikian. Keotentikan Al-Qur'an yaitu :
Maka dari itu nilai-niali dari ajaran Islam akan tetap otentik hingga akhir zaman nanti, ia dijaga oleh ALLAH SWT melalui perantara para ulama-ulamanya. Tugas seorang muslim hendaklah ia menghadirkan nilai-nilai agama tersebut disetiap lini kehidupannya. Ajaran agama Islam mengandung solusi pada permasalahan kehidupan umat, dan solusi yang berasal dari ajaran Islam mesti dimunculkan oleh umatnya yang diwajibkan untuk mempelajarinya. Sehingga terbangunlah proses Tamaddun yang memberikan keteladanan kepada seluruh umat manusia di bumi ini.
Kedua: Ajaran agamanya telah berubah, termodifikasi oleh manusia sehingga tidak murni lagi dari wahyu Tuhan. Maka itu berbeda sekali dengan agama Islam yang nama agama dan nama Tuhannya saja disebut dalam kitab sucinya yaitu Al-Qur'an beserta sifat-sifatnya.
SEKULARISME DALAM AGAMA
Hadirnya paham sekuler dilatar belakangi oleh perjalanan sejarah yang panjang. Eropa abad pertengahan, menjadi masa yang gelap bagi perkembangan nalar kritis manusia, dimana kekuasaan berada pada otoritas gereja. Seseorang yang mempertanyakan otoritas gereja sama halnya dengan meragukan akan otoritas Tuhan. Maka terjadi pertarungan pemikiran antara scientist dan teolog, para scientist yang bersebelahan dengan paham gereja akan didesak untuk mematuhi pemahaman geraja, dan bila tidak menghiraukan mereka akan dijatuhi hukuman, disiksa bahkan hingga berujung pada kematian. Sempitnya cara berpikir gereja terhadap para scientist yang mengemukakan teori serta pandangan keilmuan yang bertentangan dengan ajarannya memunculkan kekejaman dengan menyiksa para scientist dan membakarnya, bahkan yang hidup pun tidak kalah penyiksaanya. Sehingga para scientist, menuntut untuk dipisahkannya urusan agama dari kehidupan sosial dan pemerintahan agar terhindar dari beragamnya penyiksaan tersebut (Yusup Qardhawi, 2000 : 7).
Maka dengan bebasnya scientist dari kekangan gereja, muncullah konsep untuk membagi kehidupan kepada dua bagian, yaitu kehidupan yang diatur oleh gereja dan kehidupan yang diatur oleh raja. Sebagaimana ungkapan dalam Injil: Sebagian untuk Allah dan sebagian untuk kaisar. Masing-masing memiliki tugasnya dan tidak dapat mengintervensi satu sama lain.
MAKNA SEKULARISME
Istilah Sekularisasi berasal dari akar kata Sekuler yang dalam bahasa latin disebut Seaculum artinya abad, (age, century), yang berarti bersifat dunia, atau berkenaan dengan kehidupan dunia sekarang. Dalam bahasa Inggris kata secular bermakna hal yang bersifat duniawi, fana, temporal, tidak bersifat spritual, abadi dan sakral serta kehidupan di luar biara (Juhaya S. Praja, 2003:188). Sekuler merupakan kata sifat yang menggambarkan suatu keadaan dimana ia telah memisahkan kehidupan duniawi dari pengaruh agama atau hal-hal yang berbau spiritual. Sedangkan sekularisme adalah suatu paham yang ingin memisahkan atau menetralkan semua bidang kehidupan seperti politik dan keanekaragaman, ekonomi, hukum, sosial-budaya dan ilmu pengetahuan teknologi dari pengaruh agama atau hal-hal yang metafisik (M.Tahir, 2007: 19). Maka makna sekularisasi yaitu: Proses pembebasan manusia dari kungkungan agama dan juga metafisika yang mengatur akal dan bahasanya yang menjadi landasan berfikirnya.
Ada tiga agenda besar dalam sekularisasi, yang menurut friedrich schiller terangkum dalam kurikulum sekular yaitu:
Disenchantmen of Nature: yakni menghilangkan pesona alam dari nilai agama, targetnya ialah saat seorang melihat alam akan merasa biasa saja, tidak mentadabburinya, hilang kesadaran bahwa alam ini ada karena adanya pencipta, sehingga ia merasa bebas untuk berbuat segala hal dengan alam.
Desacralization of Politics: yaitu meniadakan nilai-nilai agama dari ranah politik, politik yang dianggap sarang dari tempat kejahatan tidak sesuai dengan agama yang suci dan bernilai luhur. Maka agam mesti dipisahkan tidak boleh mencampuri urusan politik.
Deconsecration of Values: yaitu meniadakan nilia-nilai agama pada lini kehidupan dan budaya, menghapuskan pemutlakan dan kesucian nilai agama. Semua hal bebas nilai dan dapat dirubah semaunya.
Maka arus sekularisasi pada kristen tidak terelakkan, ia merupakan dampak dari modernisasi yang dibawa oleh para scientist. Kristen mulai tersekulerkan semenjak perpindahan pusat ajarannya dari yerussalem ke roma, yaitu semenjak 250 tahun terakhir, dan ia telah terbaratkan. Agenda utamanya ialah untuk membebaskan lini kehidupan dari nilai agama, namun tidaklah harus seseorang yang sekuler itu sampai meninggalkan agama atau menjadi ateis, menurut steve bruce: cukup dengan percaya adanya Tuhan, tanpa perlu memeluk suatu agama, agenda sekularisasi sudah dikatakan sukses. Maka muncul istilah orang yang beragama formal menjadi informal, artinya ia hanya cukup percaya saja tanpa harus melakukan segala kewajiban dalam ajaran agama, seperti beribadah dan sebagainya.
Islam juga tidak luput dari serangan paham sekuler ini, upaya-upaya selalu diluncurkan agar Islam dapat disekulerkan dan bahkan pernah berhasil suatu negara yang awalnya berpaham Islam menjadi paham sekuler, contohnya Turki. Para pembawa paham sekuler ini mencoba mengkritik Al-Qur'an, sebagaimana yang mereka lakukan pada Injil agama Kristen. Namun serangan ini tidak dapat dilakukan karena keotentikan Al-Qur'an berbeda dengan Injil. Injil dikritik pada penulisan dan manuskrip yang ditulis oleh orang-orang yang berbeda dan berubah-ubah, sedangkan Al-Qur'an tidak demikian. Keotentikan Al-Qur'an yaitu :
- Al-Qur'an adalah Recitation bukan Writing, ia adalah bacaan yang dihafal bukan berasal dari tulisan.
- Al-Qur'an bukan dari manuskrip, tetapi manuskrip dari Al-Qur'an.
- Tulisan mengikuti Al-Qur'an (Ar-Rasm tabiu lil riwayah).
- Al-Qur'an bukan manuskrip dan karenanya tidak dapat dilakukan kajian filologi terhadapnya.
GHOZWUL FIKRI
Ghozwul Fikri atau semantic game adalah suatu strategi yang digunakan oleh musuh Islam untuk menipu dan menjatuhkan umat Islam dengan menggunakan permainan kata-kata. Ghozwun berasal dari bahasa arab yang bermakna perang, sedangkan Fikri bermakna pikiran. Maka dapat diartikan Ghozwul Fikri adalah perang pemikiran untuk membuat umat Islam patuh dan tunduk pada mereka, musuh Islam dengan membuat umat Islam bingung dan meragukan apa - apa yang sudah pakem dalam Islam dan sebaliknya.
Ghozwul Fikri sebenarnya sudah ada sejak nabi Adam AS berada di surga, diprakarsai oleh Iblis yang dengki dan dendam kepada nabi Adam yang membuat Iblis dilaknat oleh ALLAH SWT dan diusir dari surga. Iblispun berjanji untuk selalu menggoda Adam beserta keturunannya hingga akhir dari dunia ini, agar mereka terjerumus dan menjadi teman serta pengikutnya di neraka nanti. Maka bila dicermati perang pemikiran ini terus terjadi dari awal mulanya di surga hingga pada hari ini, dan para nabi-nabi setelah nabi Adam-pun ikut merasakan, nabi Adam dan istrinya yang dirayu untuk memakan buah khuldi dengan rayuan dan godaan dari kata-kata Iblis, nabi Nuh yang disebut sebagai manusia biasa yang tidak berbeda dari mereka (orang yang ingkar kepada risalah kenabian nabi Nuh), menyebut bahwa orang-orang yang mengimaninya adalah orang yang rendah dan hina, bodoh, tidak punya kelebihan apapun, dan pendusta, nabi Luth yang disebut sebagai orang yang sok suci, nabi Musa dengan Fir'aun yang mengaku sebagai Tuhan bahkan lebih tinggi, dan juga nabi Muhammad yang dianggap tukang sihir, penyair, orang gila, dan menyebut cerita umat terdahulu sebagai dongeng jadul.
KONSEP KEBAHAGIAAN DALAM ISLAM
Dalam kitab Al-Bukhari hadist 6446, nabi Muhammad SAW mengatakan: Kekayaan bukanlah banyaknya harta benda, tetapi kekayaan adalah kekayaan hati (HR. Bukhari), dan dalam Al-Qur'an surah An-Najm ayat ke 48 : dan sesungguhnya Dialah yang memberi kekayaan dan kecukupan. Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa tingkat kebahagian seseorang tidak diukur oleh banyaknya harta yang ia miliki, namun dengan pengkondisian hati yang selalu merasa cukup. Keinginan untuk mendapatkan harta benda yang lebih banyak secara terus menerus merupakan ciri dari budak hawa nafsu yang tidak akan pernah ada ujungnya. Orang yang mengikuti hawa nafsunya tersebut selalu merasa kurang dan miskin tidak pernah merasa cukup. Maka tidak sedikit yang terjerumus kepada perbuatan yang melanggar syari'at dikarenakan mengikuti hawa nafsunya tersebut.
Seorang muslim hendaklah tunduk dan berserah diri kepada ALLAH SWT, merasa selalu bergantung padanya karena ALLAH SWT yang mencukupi seluruh kebutuhannya dan ia Mahakaya, dalam surah Fatir ayat 15 ALLAH SWT berfirman: Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji. Dan dalam Hadist Riwayat Ibn Hibban dikatakan:
إِنَّمَا الْغِنَى عَنِ الْقَلْبِ وَالْفَقْرُ فَقْرُ الْقَلْبِ
Ada empat kriteria kebahagiaan didunia yaitu: Pertama memiliki istri yang sholehah, Kedua memiliki tempat tinggal yang luas, Ketiga memiliki tetangga yang shalih (baik), Keempat memiliki kendaraan yang nyaman. Namun pada hakikatnya hendaklah orang yang dikaruniai harta oleh ALLAH SWT untuk tetap zuhud, karena zuhud bukanlah terkait hal fisik yang tampak dan dapat dirasa, tetapi terkait dengan tata kelola hati, ia boleh memiliki namun didalam hatinya mesti didasari rasa yakin bahwa semuanya adalah milik ALLAH SWT dan ialah yang Maha memiliki. Karena lebih meyakini pada hal yang kita miliki dibanding apa yang ALLAH miliki merupakan indikator dari lemahnya keyakinan seseorang. Dan hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Hasan Al-Basri :
إن من ضعف يقينك أن تكون بما فى يدك أوثق منك بما فى يد الله
Syaqowah adalah segala bentuk kesengsaraan yang terangkum didalamnya: sedih, takut, bimbang, kerugian, kesempitan. Ia selalu menjadi ancaman bagi setiap manusia, bahkan para nabi selalu berdoa agar terhindar dari syaqowah. Maka agar terhindar dari syaqowah hendaklah selalu menggunakan Al-Qur'an sebagai landasan hidupnya, memusuhi setan yang selalu mengajak kepada keburukan, dan selalu istiqomah dalam menjalankan perintah dan larangan agama.
Kebahagiaan bermakna bebas lepas, yaitu kebebasan jiwa manusia untuk pilihan-pilihan yang baik, disebabkan telah terbimbingnya jiwa mereka dari jiwa yang terdorong untuk melakukan kejahatan menjadi jiwa yang tenang. Baik menurut seorang muslim haruslah baik yang terkait dunia dan akhirat. Yang mana tidak ada lagi keraguan pada dirinya, sehingga yang awalnya ainul yaqin menjadi haqqul yaqin. Ibn Khaldun berkata: Bahagia itu tunduk dan patuh mengikuti garis-garis yang ditentukan ALLAH dan perikemanusiaan.
Bahagia mempunyai hubungan erat dengan kebajikan, orang yang melakukan kebajikan timbul dalam dirinya rasa bahagia, dan makin ia berbuat kebajikan makin bertambah rasa kebahagiaannya. Namun ada juga orang yang sebaliknya ia merasa berat dan susah saat berbuat kebajikan kepada oranglain, hal itu disebabkan salah tata kelola hati. Maka terdapat beberapa kebajikan eksternal yang dapat membantu memperbaiki kondisi yang salah tadi, yaitu dengan: Ritual Ibadah yang benar, Pembacaan Al-Qur'an dengan penuh pemaknaan, Dzikrullah, Do'a, dan memenuhi seluruh keunikan cara hidup dan akhlak muslim.
Maka pada akhirnya seseorang yang belajar agama dituntut untuk dapat memberikan manfaat yang luas, bukan sekedar untuk dirinya sendiri, namun ia harus sampai pada tingkat membuat perubahan pada masyarakat dari yang buruk menjadi baik.
Kebahagiaan bermakna bebas lepas, yaitu kebebasan jiwa manusia untuk pilihan-pilihan yang baik, disebabkan telah terbimbingnya jiwa mereka dari jiwa yang terdorong untuk melakukan kejahatan menjadi jiwa yang tenang. Baik menurut seorang muslim haruslah baik yang terkait dunia dan akhirat. Yang mana tidak ada lagi keraguan pada dirinya, sehingga yang awalnya ainul yaqin menjadi haqqul yaqin. Ibn Khaldun berkata: Bahagia itu tunduk dan patuh mengikuti garis-garis yang ditentukan ALLAH dan perikemanusiaan.
Bahagia mempunyai hubungan erat dengan kebajikan, orang yang melakukan kebajikan timbul dalam dirinya rasa bahagia, dan makin ia berbuat kebajikan makin bertambah rasa kebahagiaannya. Namun ada juga orang yang sebaliknya ia merasa berat dan susah saat berbuat kebajikan kepada oranglain, hal itu disebabkan salah tata kelola hati. Maka terdapat beberapa kebajikan eksternal yang dapat membantu memperbaiki kondisi yang salah tadi, yaitu dengan: Ritual Ibadah yang benar, Pembacaan Al-Qur'an dengan penuh pemaknaan, Dzikrullah, Do'a, dan memenuhi seluruh keunikan cara hidup dan akhlak muslim.
Maka pada akhirnya seseorang yang belajar agama dituntut untuk dapat memberikan manfaat yang luas, bukan sekedar untuk dirinya sendiri, namun ia harus sampai pada tingkat membuat perubahan pada masyarakat dari yang buruk menjadi baik.
DAFTAR PUSTAKA
Praja ,Juhaya S, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, Bogor : Kencana, 2003.
Qardhawi Yusup, at-Tathahurufu al-‘Ilman fi Mujaahawati, diterjemahkan oleh Nahbani Idris dengan judul Sekuler Ekstrim, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2000.
Tahir M.,Negara Hukum Suatu Tentang Prinsip-prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini , Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2007 cet. Ke-3.
https://kbbi.web.id/agama
https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/3
https://kbbi.web.id/agama
https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/3
AGAMA, SEKULARISME, GHOZWUL FIKRI SERTA KONSEP KEBAHAGIAAN DALAM AGAMA
Reviewed by
Admin
on
03:34
Rating: